![]() |
Selo sedang Bergaya |
Jika
ada seseorang yang membawa binatang peliharaannya berjalan-jalan di kota, saat
ini sudah menjadi pamandangan biasa. Misalnya seseorang yang membawa anjing peliharaannya
yang diikat dan dibawa berlari kecil di trotoar. Atau anak kecil yang
berjalan-jalan sambil menggendong kucing peliharaannya. Fenomena ini sudah
menjadi sebuah hobi baru bagi orang-orang perkotaan.
Namun, ada sesuatu yang beda dan unik, jika kita sering
berjalan di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Jika beruntung, saat
sedang berjalan dari arah Thamrin menuju Patung Tani atau Stasiun KA Gambir,
kita akan bertemu dengan seorang pria paruh baya bersama binatang peliharaannya.
Apa uniknya? Bukan anjing atau kucing, atau binatang lain yang biasa menjadi peliharaan
orang. Binatang yang dibawa pria paruh baya ini adalah seekor domba.
Berbeda dengan orang yang membawa domba lainnya. Jika biasanya
si domba diikat lehernya agar tidak lepas berkeliaran dan memakan tanaman orang
lain, pria ini melepas begitu saja domba peliharaanya di sepanjang trotoar di
Jalan Kebon Sirih.
![]() |
Di Trotoar Kebon Sirih |
Taufik Hidayat, pria berumur 56 tahun, yang tinggal di
perumahan belakang gedung-gedung beritngkat di Jalan Kebon Sirih ini, hampir
setiap pagi membawa dombanya berjalan-jalan di trotoar. Domba Garut berusia
enam bulan ini, dibiarkan lepas bebas, dan selalu mengikuti kemana Pak Taufik
berjalan. “Selo” demikian Pak Taufik memberikan nama pada dombanya, layaknya
anjing, kucing atau binatang piaraan yang sudah jinak lainnya, seakan menikmati
jalan-jalan bersama majikannya.
![]() |
Selo Tak Mau Makan Daun dari Pak Taufik |
“Selo saya biarkan lepas begitu saja. Dia gak pernah
makan tanaman yang tumbuh di sekitarnya. Dia juga gak bakalan kencing atau
buang kotoran sembarangan kalau saya bawa jalan-jalan,”ujar Pak Taufik. Jika
kita perhatikan apa yang dilakukan Selo saat berjalan-jalan, domba berbulu
coklat dengan hiasan bulu putih di sekitar kepalanya ini, hanya memakan plastik
kecil yang tercecer di trotoar. Sesekali, Selo juga memakan bunga kamboja yang
berjatuhan di trotoar. Di sepanjang jalan yang disesaki gedung perkantoran, dan
ada juga gedung Sekretariat Wakil Presiden ini, memang masih banyak ditumbuhi
pohon yang rindang dan pohon hias serta bunga. Petugas keamanan yang bekerja di
sekitar Jalan Kebon Sirih, sepertinya sudah kenal dengan kelakuan Selo,
sehingga mereka tak khawatir tanamannya rusak dimakan sang domba.
“Selo saya dapatkan sejak berumur satu bulan dari pacar
anak saya yang orang Garut. Induknya mati, terus dikasihkan ke saya bersama dua
anakan domba lainnya. Tapi yang dua mati juga, jadi tinggal si Selo ini,”kata
pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Kebon Sirih. Menurut Pak Taufik, sejak
kecil, Selo selalu diberi susu olahan. Paling tidak Selo diberikan susu lima
kali dalam sehari. Setiap minum, Selo menghabiskan dua saset susu bubuk merek
terkenal. “Sejak kecil, Selo selalu dipelihara di dalam rumah, jadi seperti
keluarga sendiri. Dia gak pernah diberi makan rumput atau daun, jadi Selo gak
pernah makan rumput seperti kambing lainnya,”
ujar Pak Taufik. Sekarang Pak Taufik sedang bingung mengajarkan Selo
untuk makan daun atau rerumputan.
![]() |
Tanaman Tak Dilirik Selo |
Selo, sebagai seekor kambing yang tinggal di kota besar
seperti Jakarta ini, sangat unik dan langka. Dia sudah seperti seorang cucu
bagi Pak Taufik. Kemanapun Pak Taufik pergi, selo selalu mengikutinya. Pak
Taufik seperti memberikan bukti kepada penulis, dengan berlari dan bersembunyi
di balik pohon. Selo yang tau majikannya pergi, mengejarnya dan mendekatinya.
Selo juga tidak takut dengan kehadiran manusia lain di sekitarnya. Dia jinak
kepada siapapun. “Pernah ada orang yang akan membeli Selo, tapi saya tak
melepasnya. Selain sayang, saya juga khawatir orang lain tak memahami prilaku
Selo,” kata pria yang sudah punya beberapa cucu ini. Tiap hari, selo selalu dimandikan, bahkan
kalau malam dan tinggal di dalam rumah, Selo seringkali dipakaikan pempers,
seperti bayi. Tak heran, Selo selalu bersih dan bau seperti kambing lainnya.
Domba seperti Selo, atau binatang lainnya, jika
dipelihara dengan kasih sayang yang tulus, juga bisa menjadi penurut. Bagi
orang lain yang melihatnya, kehadiran Selo mungkin dianggap merepotkan Pak
Taufik dan keluarganya. Tapi ada sisi humanis, sisi kemanusiaan, yang tak bisa
dibayangkan, di antara hubungan majikan dan sang domba yang telah terbina sekian
lama. Sungguh sebuah kisah kasih yang tulus juga bisa tercipta antara manusia
dengan binatang sebagai sesama mahluk ciptaan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar