4 September 2019

Kisah Humanis "KISAH KASIH DOMBA dan SANG MAJIKAN"


KISAH KASIH DOMBA dan SANG MAJIKAN

Selo sedang Bergaya
            Jika ada seseorang yang membawa binatang peliharaannya berjalan-jalan di kota, saat ini sudah menjadi pamandangan biasa. Misalnya seseorang yang membawa anjing peliharaannya yang diikat dan dibawa berlari kecil di trotoar. Atau anak kecil yang berjalan-jalan sambil menggendong kucing peliharaannya. Fenomena ini sudah menjadi sebuah hobi baru bagi orang-orang perkotaan.
            Namun, ada sesuatu yang beda dan unik, jika kita sering berjalan di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Jika beruntung, saat sedang berjalan dari arah Thamrin menuju Patung Tani atau Stasiun KA Gambir, kita akan bertemu dengan seorang pria paruh baya bersama binatang peliharaannya. Apa uniknya? Bukan anjing atau kucing, atau binatang lain yang biasa menjadi peliharaan orang. Binatang yang dibawa pria paruh baya ini adalah seekor domba.
            Berbeda dengan orang yang membawa domba lainnya. Jika biasanya si domba diikat lehernya agar tidak lepas berkeliaran dan memakan tanaman orang lain, pria ini melepas begitu saja domba peliharaanya di sepanjang trotoar di Jalan Kebon Sirih.
Di Trotoar Kebon Sirih
            Taufik Hidayat, pria berumur 56 tahun, yang tinggal di perumahan belakang gedung-gedung beritngkat di Jalan Kebon Sirih ini, hampir setiap pagi membawa dombanya berjalan-jalan di trotoar. Domba Garut berusia enam bulan ini, dibiarkan lepas bebas, dan selalu mengikuti kemana Pak Taufik berjalan. “Selo” demikian Pak Taufik memberikan nama pada dombanya, layaknya anjing, kucing atau binatang piaraan yang sudah jinak lainnya, seakan menikmati jalan-jalan bersama majikannya.
Selo Tak Mau Makan Daun dari Pak Taufik
            “Selo saya biarkan lepas begitu saja. Dia gak pernah makan tanaman yang tumbuh di sekitarnya. Dia juga gak bakalan kencing atau buang kotoran sembarangan kalau saya bawa jalan-jalan,”ujar Pak Taufik. Jika kita perhatikan apa yang dilakukan Selo saat berjalan-jalan, domba berbulu coklat dengan hiasan bulu putih di sekitar kepalanya ini, hanya memakan plastik kecil yang tercecer di trotoar. Sesekali, Selo juga memakan bunga kamboja yang berjatuhan di trotoar. Di sepanjang jalan yang disesaki gedung perkantoran, dan ada juga gedung Sekretariat Wakil Presiden ini, memang masih banyak ditumbuhi pohon yang rindang dan pohon hias serta bunga. Petugas keamanan yang bekerja di sekitar Jalan Kebon Sirih, sepertinya sudah kenal dengan kelakuan Selo, sehingga mereka tak khawatir tanamannya rusak dimakan sang domba.
            “Selo saya dapatkan sejak berumur satu bulan dari pacar anak saya yang orang Garut. Induknya mati, terus dikasihkan ke saya bersama dua anakan domba lainnya. Tapi yang dua mati juga, jadi tinggal si Selo ini,”kata pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Kebon Sirih. Menurut Pak Taufik, sejak kecil, Selo selalu diberi susu olahan. Paling tidak Selo diberikan susu lima kali dalam sehari. Setiap minum, Selo menghabiskan dua saset susu bubuk merek terkenal. “Sejak kecil, Selo selalu dipelihara di dalam rumah, jadi seperti keluarga sendiri. Dia gak pernah diberi makan rumput atau daun, jadi Selo gak pernah makan rumput seperti kambing lainnya,”  ujar Pak Taufik. Sekarang Pak Taufik sedang bingung mengajarkan Selo untuk makan daun atau rerumputan.  
Tanaman Tak Dilirik Selo
            Selo, sebagai seekor kambing yang tinggal di kota besar seperti Jakarta ini, sangat unik dan langka. Dia sudah seperti seorang cucu bagi Pak Taufik. Kemanapun Pak Taufik pergi, selo selalu mengikutinya. Pak Taufik seperti memberikan bukti kepada penulis, dengan berlari dan bersembunyi di balik pohon. Selo yang tau majikannya pergi, mengejarnya dan mendekatinya. Selo juga tidak takut dengan kehadiran manusia lain di sekitarnya. Dia jinak kepada siapapun. “Pernah ada orang yang akan membeli Selo, tapi saya tak melepasnya. Selain sayang, saya juga khawatir orang lain tak memahami prilaku Selo,” kata pria yang sudah punya beberapa cucu ini.  Tiap hari, selo selalu dimandikan, bahkan kalau malam dan tinggal di dalam rumah, Selo seringkali dipakaikan pempers, seperti bayi. Tak heran, Selo selalu bersih dan bau seperti kambing lainnya.
            Domba seperti Selo, atau binatang lainnya, jika dipelihara dengan kasih sayang yang tulus, juga bisa menjadi penurut. Bagi orang lain yang melihatnya, kehadiran Selo mungkin dianggap merepotkan Pak Taufik dan keluarganya. Tapi ada sisi humanis, sisi kemanusiaan, yang tak bisa dibayangkan, di antara hubungan majikan dan sang domba yang telah terbina sekian lama. Sungguh sebuah kisah kasih yang tulus juga bisa tercipta antara manusia dengan binatang sebagai sesama mahluk ciptaan Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar